Saya bukanlah seseorang yang begitu terkenal yang
kata-katanya sampai dijadikan rujukan oleh orang lain. Tapi tentu saja saya saya
pernah bahkan sering menulis dengan merujuk pendapat orang lain. Satu hal yang saya
tanamkan pada diri sendiri untuk tidak menjiplak hasil karya orang lain. Salah
satu cara yaitu dengan menuliskan sumber ketika mengutip sesuatu.
sumber |
Dengan menuliskan dari mana pikiran itu diperoleh secara
tidak langsung kita sudah menghargai si empunya ide. Walaupun mungkin kita
tidak tau siapa yang pertama kali mencetuskan kata-kata tersebut, tetapi
setidaknya kita sudah melindungi diri dari pikiran negatif orang lain. Mungkin
kita sama sekali tidak bermaksud mengklaim pikiran itu sebagai ide kita. Tetapi
bukankah ada banyak sekali persepsi di dunia ini. Jika yang membaca adalah
penulis aslinya. Boleh jadi dia akan berpikir kita mencontek karyanya. Sebagai pemilik
karya tersebut, dia berhak menuntut kita. Hak tersebut pun dilindungi
undang-undang Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual. Jika yang membaca adalah
orang yang sebelumnya telah mengetahui ide tersebut dari sumber aslinya. Tidak menutup
kemungkinan kita akan dicap sebagai plagiat yang sedikit banyak akan
mempengaruhi image sebagai penulis. Sama halnya ketika kutipan tanpa sumber
tersebut dikutip kembali dikutip orang lain. Celakanya pengutip berikutnya
menganggap itu adalah buah pikiran kita dan ini mencantumkan sebagai sumbernya.
Kalau begini ceritanya kita bisa dianggap mencuri karya orang lain.
sumber |
Setiap penulis bertanggung jawab dengan karya yang
dihasilkannya. Apabila ternyata saduran tadi salah atau melanggar norma
tertentu, dengan mencantumkan sumber kita akan melindungi diri dari ikut
disalahkan. Bayangkan saja jika kita tidak mencantumkan siapa pemilik
sesungguhnya ide tersebut, bisa saja kita yang dituntut dan terpaksa menanggung
sanksi atas pelanggaran tersebut.
Tulisan-tulisan formal bisa mengutip dengan merujuk kepada
cara-cara penulisan yang tercantum di EYD. Lalu bagaimana dengan tulisan-tulisan
‘santai’? Bisa dengan menuliskan misalnya, seperti kata pepatah, atau ada
peribahasa yang mengatakan dst. Paling tidak kita bisa menuliskan “Anonymous,”
artinya kita mengakui bahwa itu adalah pikiran orang lain, walaupun tidak tahu
siapa orangnya.
Menuliskan sumber sejatinya bertujuan untuk melindungi diri
sendiri. Agar ketika kutipan tersebut benar kita tidak mengambil hak orang
lain. Apabila kutipan tersebut salah kitapun tidak menanggung kewajiban orang
lain.
No comments:
Post a Comment