Thursday, February 23, 2017

Kaoskaki



Di postingan kali ini, saya ingin bercerita tentang Kaoskaki. Kalau Boboy adalah anggota keluarga saya, Kaoskaki ini “bersaudara” nya sama Juli. Nama Kaoskaki diambil dari motif tubuhnya yang abu-abu tetapi putih di bagian keempat kakinya, seperti sedang memakai kaos kaki. Btw, dia sekarang sudah ngeh lho, kalau dipanggil,”Kaoskaki”, dia noleh.




Saya lupa kapan pertama kali saya dan Juli kenalan sama Kaoskaki. Seingat saya, awal Juli pindah ke kosan yang sekarang, sudah ada dua kucing yang telah terlebih dahulu menghuni kosan tersebut. Seekor jantan belang hitam putih dan seekor kucing betina belang tiga. Ntah bagaimana, Kaoskaki datang kemudian dan “mengusir” si belang hitam putih itu. Sejak saat itu, kosan Juli menjadi “daerah kekuasaannya” Kaoskaki. Sedangkan si hitam putih terpaksa mencari “wilayah” baru. Kadang-kadang kami masih bertemu si hitam putih di daerah sekitar kosan.

Saya pun tidak ingat bagaimana awalnya Juli dan Kaoskaki bersahabat. Oh ya, Kaoskaki ini stray dan tergolong galak sesama kucing. Hampir selalu ada luka hasil perkelahian di tubuhnya. Dulu Juli sering membelikan ikan goreng di warteg untuk Kaoskaki. Kadang-kadang juga fried chicken ala-ala. Ya mungkin karena ini lah Kaoskaki bisa takluk sama Juli. Sejak saat itu, Kaoskaki hampir selalu ada setiap pagi saat Juli akan berangkat kerja dan malam ketika Juli pulang kerja. Karena sudah “akrab” kami pun membelikan dry food untuk Kaoskaki. Makin rutin lah dia berkunjung ke kamar Juli.



Hal yang menarik dari kaos kaki, meskipun dia gahar, tetapi raut wajahnya memelas. Kata Juli, setiap kali dia ada di depan kamar lalu Juli menutup pintu, maka dia akan duduk dan menatap pintu dengan tatapan mengiba. Entah benar-benar sedang memelas atau memang “default” matanya yang begitu. Selain itu, ntah kenapa Kaoskaki ini lebih nurut sama saya daripada sama Juli. Padahal Juli yang memberinya makan setiap hari. Kalau kata Ibu saya, “Kaoskkai kan jantan, jadi dia nurutnya sama perempuan.” Bentuk kaki belakangnya yang (maaf) agak ngangkang membuat gaya berjalannya Kaoskaki jadi agak “lain.” Hanya dengan melihat gerak geriknya, dari jauh pun saya bisa tau kalau itu Kaoskaki.

Entah karena gendut atau apa, Kaoskaki ini kurang lincah. Mungkin ini lah penyebab luka-luka di tubuhnya itu, susah menghindari  serangan lawan. Kalau misalnya bertemu di jalan, lalu kami mengajaknya pulang. Maka dia akan mengekor dengan berjalan santai sambil mampir-mampir untuk mengendus apapun yang dilihatnya di jalan. Bahkan kadang diselingi dengan garuk-garuk atau peregangan terlebih dahulu. Kaoskaki memang sok jual mahal.


Karena beberapa hal Juli memutuskan untuk pindah ke kamar sebelah yang belum lama kosong. Kata Juli, selesai dia bersih-bersih kamar barunya, Kaoskaki masuk dan tidur di pojok kamar tersebut. Keeseokan malamnya, ketika Juli sedang memindahkan barang-barang, Kaoskaki hanya duduk di depan kamar mengamati dengan tatapan sedih. Hingga dua minggu setelahnya, setiap Juli akan berangkat kerja Kaoskaki selalu berusaha menghalangi. Biasanya dengan berguling-guling di depan kaki Juli. Mungkin dia mulai takut ditinggal.




Suatu hari saya ke kosan Juli untuk mengawasi teknisi yang memasang AC. Saya duduk di lesehan di depan kamar Juli. Tiba-tiba Kaoskaki datang dan menggosokkan tubuhnya ke kaki saya. Saya langsung terenyuh dan teringat Boboy. Saya pun membalas dengan mengelus-elus punggungnya. Saya kaget dengan tingkah Kaoskaki selanjutnya. Dia tidur terlentang di sebelah saya dengan kaki menyandar ke kaki saya. Berbeda dengan biasanya, kali itu saya melihat wajah Kaoskaki begitu bahagia. Mungkin seumur hidupnya baru kali ini dia merasa disayangi. Tidak lupa saya mengabadikan momen langka tersebut dan menunjukkan kepada Juli yang sedang keluar.



Kucing liar dan galak sekalipun kalau disayangi dia pun bisa bertingkah laku manis dan menunjukkan sayangnya kembali kepada kita J

No comments:

Post a Comment