Di postingan kali ini, saya ingin bercerita tentang Kaoskaki. Kalau Boboy adalah anggota keluarga saya, Kaoskaki ini “bersaudara” nya sama Juli. Nama Kaoskaki diambil dari motif tubuhnya yang abu-abu tetapi putih di bagian keempat kakinya, seperti sedang memakai kaos kaki. Btw, dia sekarang sudah ngeh lho, kalau dipanggil,”Kaoskaki”, dia noleh.
Saya lupa kapan pertama kali saya dan Juli kenalan sama
Kaoskaki. Seingat saya, awal Juli pindah ke kosan yang sekarang, sudah ada dua
kucing yang telah terlebih dahulu menghuni kosan tersebut. Seekor jantan belang
hitam putih dan seekor kucing betina belang tiga. Ntah bagaimana, Kaoskaki
datang kemudian dan “mengusir” si belang hitam putih itu. Sejak saat itu, kosan
Juli menjadi “daerah kekuasaannya” Kaoskaki. Sedangkan si hitam putih terpaksa
mencari “wilayah” baru. Kadang-kadang kami masih bertemu si hitam putih di
daerah sekitar kosan.
Saya pun tidak ingat bagaimana awalnya Juli dan Kaoskaki bersahabat.
Oh ya, Kaoskaki ini stray dan
tergolong galak sesama kucing. Hampir selalu ada luka hasil perkelahian di
tubuhnya. Dulu Juli sering membelikan ikan goreng di warteg untuk Kaoskaki. Kadang-kadang
juga fried chicken ala-ala. Ya mungkin
karena ini lah Kaoskaki bisa takluk sama Juli. Sejak saat itu, Kaoskaki hampir
selalu ada setiap pagi saat Juli akan berangkat kerja dan malam ketika Juli
pulang kerja. Karena sudah “akrab” kami pun membelikan dry food untuk Kaoskaki. Makin rutin lah dia berkunjung ke kamar
Juli.
Hal yang menarik dari kaos kaki, meskipun dia gahar, tetapi
raut wajahnya memelas. Kata Juli, setiap kali dia ada di depan kamar lalu Juli
menutup pintu, maka dia akan duduk dan menatap pintu dengan tatapan mengiba. Entah
benar-benar sedang memelas atau memang “default” matanya yang begitu. Selain itu,
ntah kenapa Kaoskaki ini lebih nurut sama saya daripada sama Juli. Padahal Juli
yang memberinya makan setiap hari. Kalau kata Ibu saya, “Kaoskkai kan jantan,
jadi dia nurutnya sama perempuan.” Bentuk kaki belakangnya yang (maaf) agak
ngangkang membuat gaya berjalannya Kaoskaki jadi agak “lain.” Hanya dengan
melihat gerak geriknya, dari jauh pun saya bisa tau kalau itu Kaoskaki.
Entah karena gendut atau apa, Kaoskaki ini kurang lincah.
Mungkin ini lah penyebab luka-luka di tubuhnya itu, susah menghindari serangan lawan. Kalau misalnya bertemu di
jalan, lalu kami mengajaknya pulang. Maka dia akan mengekor dengan berjalan
santai sambil mampir-mampir untuk mengendus apapun yang dilihatnya di jalan. Bahkan
kadang diselingi dengan garuk-garuk atau peregangan terlebih dahulu. Kaoskaki
memang sok jual mahal.
Karena beberapa hal Juli memutuskan untuk pindah ke kamar
sebelah yang belum lama kosong. Kata Juli, selesai dia bersih-bersih kamar
barunya, Kaoskaki masuk dan tidur di pojok kamar tersebut. Keeseokan malamnya,
ketika Juli sedang memindahkan barang-barang, Kaoskaki hanya duduk di depan
kamar mengamati dengan tatapan sedih. Hingga dua minggu setelahnya, setiap Juli
akan berangkat kerja Kaoskaki selalu berusaha menghalangi. Biasanya dengan
berguling-guling di depan kaki Juli. Mungkin dia mulai takut ditinggal.
Suatu hari saya ke kosan Juli untuk mengawasi teknisi yang
memasang AC. Saya duduk di lesehan di depan kamar Juli. Tiba-tiba Kaoskaki
datang dan menggosokkan tubuhnya ke kaki saya. Saya langsung terenyuh dan
teringat Boboy. Saya pun membalas dengan mengelus-elus punggungnya. Saya kaget
dengan tingkah Kaoskaki selanjutnya. Dia tidur terlentang di sebelah saya
dengan kaki menyandar ke kaki saya. Berbeda dengan biasanya, kali itu saya
melihat wajah Kaoskaki begitu bahagia. Mungkin seumur hidupnya baru kali ini
dia merasa disayangi. Tidak lupa saya mengabadikan momen langka tersebut dan
menunjukkan kepada Juli yang sedang keluar.
Kucing liar dan galak sekalipun kalau disayangi dia pun bisa
bertingkah laku manis dan menunjukkan sayangnya kembali kepada kita J
No comments:
Post a Comment