Thursday, February 16, 2017

How I move around Jakarta everyday

Aktivitas sehari-hari mengharuskan saya “berkeliling” Jakarta setiap harinya. Dari tempat tinggal di Jakarta Timur, saya bisa berkegiatan di Jakarta Barat, lanjut ke daerah selatan dan di akhiri di Jakarta Pusat. Kegiatan seperti itu tidak berlangsung seharian, melainkan hanya enam hingga tujuh jam saja perharinya. Sudah termasuk waktu tempuh untuk mencapai lokasi dengan kendaraan umum. Tentu saya nggak mau dong waktu yang sudah sedikit itu malah dihabiskan dengan lama di jalan. Jadi saya punya “moda transportasi favorit” untuk bepergian.

Angkutan umum paling saya suka itu sebenarnya kereta atau commuter line. Alasan pertama tentu saja bebas macet jadi mempersingkat waktu tempuh. Selain itu harga tiketnya yang terjangkau dan relatif on time. Walaupun kalau malam kereta ini sering lama karena tertahan di berbagai tempat. Biasanya karena menunggu untuk didahului oleh kereta jarak jauh. Seperti kita ketahui, sore hingga menjelang tengah malam adalah waktu dimana banyak sekali kereta jarak jauh yang berangkat. Apalagi commuter line arah Bekasi, bisa tertahan cukup lama karena menunggu didahului berkali-kali. Karena memang searah dengan kereta jarak jauh yang keluar masuk Jakarta. Meski begitu saya tetap mejadikan commuter line sebagai favorit. Tertahan 30 menit di stasiun Cipinang rasanya masih lebih mending dibandingkan dengan macetnya Jalan I Gusti Ngurah Rai di waktu yang sama. Sayangnya rutinitas saya sehari hari kebanyakan jauh dari stasiun. Sehingga naik commuter line tidak efisien untuk saya. Tapi tetap, prinsip saya jika masih bisa naik kereta saya akan naik kereta.

bukti bahwa saya sering menggunakan commuter line

 Selain kereta, moda transportasi yang saya suka adalah Transjakarta. Alasan yang utama adalah aman dan pengemudinya tertib. Jujur saya paling ngeri kalau ada pengemudi angkutan umum yang ugal-ugalan apalagi sampai menerobos perlintasan kereta padahal palang pintu sudah ditutup. Tarifnya juga terjangkau, 3500 rupiah jauh dekat sama saja. Di setiap bis terdapat nama trayek yang dilayaninya, misalnya TU Gas- Grogol. Ini sangat membantu karena tidak perlu menghapal nomer. Sayangnya Transjakarta ini tidak selalu bebas macet. Baik untuk rute baru yang memang tidak melalui jalur khusus maupun koridor-koridor lama. Penyebabnya bisa dari banyaknya kendaraan lain yang memasuki jalur Transjakarta sehingga jalur yang harusnya khusus itupun jadi ikutan macet.


ini gak boleh ketinggalan kalau mau naik Transjakarta. 

Saya paling merasa antara nyesek bercampur geram kalau yang masuk jalur itu adalah mobil ambulans sementara di jalur biasa tidak sedang macet. Bagaimana tidak, masuk jalur khusus justru akan memperlama perjalanan ambulans tersebut. Seperti yang kita tau, jalur Transjakarta itu ngepas selebar bisnya sendiri. Ya jelas saja bisnya tidak akan bisa “disuruh minggir” dulu walaupun yang mau lewat adalah ambulans. Selain itu bis Transjakarta banyak berhenti untuk naik turun penumpang di setiap halte. Hal ini menyebabkan ambulans tadi terpaksa ikut berhenti juga.

Alternatif lain yang saya juga suka tentunya ojek online. Pemesanannya praktis dan dapat menjangkau setiap sudut. Tidak seperti commuter line atau Transjakarta yang punya tempat khusus untuk naik turun penumpang. Gampangnya ojek online ini dapat mengantarkan saya dari pintu ke pintu. Kenapa yang online? Karena saya tidak bisa tawar menawar. Ojek online memiliki skema tarif yang jelas. Selain itu, naik motor kan memang salah satu cara ampuh menembus kemacetan. Bisa nyelip-nyelip atau lewat jalan tikus. Kelemahannya adalah saya tidak kuat naik motor terlalu lama, pinggang ke bawah rasanya kaku semua. Selain itu namanya juga motor, susah kalau hari sedang hujan.

"koleksi" aplikasi ojek online di ponsel saya


Jadi sehari-hari saya kesana kemari dengan mengkombinasikan moda-moda yang tadi saya sebutkan. Untuk jarak yang relatif jauh  biasanya saya akan naik Transjakarta atau commuter line terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan ojek on line. Untuk jarak yang tidak terlalu jauh saya memilih ojek on line. Tapi kalau sedang diburu waktu, jauh dekat saya hajar saja pakai ojek on line.

No comments:

Post a Comment