Iseng buka folder
lama di laptop, saya menemukan file berisi foto jalan-jalan ketika tinggal di Bandung
dulu. Ceritanya waktu itu saya dan Juli sudah lulus kuliah. Karena memiliki
banyak waktu luang dan merasa akan segera meninggalkan Bandung, saya dan Juli
sengaja mencari tempat wisata yang belum sempat kami jelajahi selama empat
tahun tinggal di Bandung. Googling sana sini, kami menemukan artikel berisi
tempat wisata mainstream di Bandung dan sekitarnya. Kami pun memiliih Curug
Cimahi sebagai tempat pertama yang akan kami kunjungi.
Berbekal GPS di
smartphone, kami pun berangkat ke Curug Cimahi di suatu pagi agak gerimis. Rute
yang kami pilih adalah melalui Jalan Sersan Bajuri, melewati Dusun Bambu dan
Universitas Advent Indonesia. Kami sempat bablas agak jauh hingga ke jalan
menuju perkampungan penduduk. Padahal, Curug Cimahi itu sangat mudah ditemukan.
Gerbang masuknya berada di pinggir jalan besar dan tepat disebelahnya ada
terminal angkot.
Curug Cimahi
berada di lembah yang untuk mencapainya kami harus menuruni ratusan anak
tangga. Memiliki hawa dingin seperti di daerah Lembang, membuat kami tidak
begitu berkeringat meskipun tetap terasa pegal. Ketinggian curugnya sendiri
mencapai puluhan meter. Airnya jatuh ke semacam kolam yang dikelilingi bebatuan
besar. Khas daerah utara Bandung, air nya sangat dingin. Tetapi tetap saja ada
pengunjung yang berenang di kolamnya.
Juli sedang bertapa di pinggir kolam. |
Untuk mencapai
kolam, kami harus melompati batu batu besar yang licin. Kami memutuskan untuk
tidak terlalu dekat karena jujur saja kami takut terpeleset di antara bebatuan
berlumut tadi. Oke saya akui saya memakai alas kaki yang salah hari itu. Sendal
yang saya pakai licin sekali sehingga saya memilih untuk kaki ayam saja. Karena
kurang hati-hati, sendal yang saya pegang terlepas dan hanyut terbawa aliran
air menjauhi curug. Beruntung sendal saya tersangkut di antara dua batu besar
sehingga masih bisa diambil lagi.
Jembatan ini untuk menyeberangi sungai kecil yang mengalir dari curug |
Ketika sedang
menuruni anak tangga untuk mencapai Curug Cimahi, saya sempat berpikir,”Turun
aja gini, gimana naiknya.” Ternyata perjalanan naiknya nggak semenakutkan yang
dibayangkan kok. Mungkin karena sudah pemanasan sebelumnya.
Perjalanan ditutup
dengan melihat kawanan monyet yang sedang diberi makan. Saya melihat seorang
bapak membawa banyak sekali buah-buahan hampir busuk dan membagikannya kepada
kawanan monyet itu. Bagus juga idenya ya, daripada buah-buahan yang tidak
terjual itu dibuang begitu saja lebih baik diberikan kepada hewan liar.
Ketika akan
pulang, saya baru menyadari sesuatu.Bahwa di gerbangnya tertulis “Curug Pelangi?”.
Mungkin lebih tenar dengan nama Curug Cimahi karena lokasinya di Cimahi. J
Pemandangan dari anak tangga yang jumlahnya ratusan itu, |
Juli masih 'agak kurus' |
No comments:
Post a Comment